Selasa, 24 Juli 2007

Bayang Bayang Kertas Kuning
Oleh : Akhmad Khudzaifi WZF

"Akhirnya terlaksana juga, " bisikku. Yo'i! Hari ini merupakan hari kemenangan yang telah lama kunantikan dan kuperjuangkan. Hari dimana aku bisa bebas merdeka dan menghirup udara segar sepuas-puasnya. Dan sepertinya hari ini pantas dirayakan, karena itu tanggal, bulan dan tahunnya harus dicatat agar nantinya aku bisa meriahkan setiap tahun. Inilah kebesan yang selama ini kuidam-idamkan. Beba dari macam rongrongan, bebas dari segala macam perintah yang mengekang, bebas dari mata tajam yang memaksaku untuk tetap belajar di dalam kamar, bebas dari semua adat-istiadat yang terdengar aneh ditelingaku, bebas dari ini itu, Pokoknya aku bebas!
Tak terpasung jiwa dan fisikku dimulai ketika pengumuman SPMB diumumkan sebagian besar surat kabar di pelosok negeri ini. Dan aku termasuk didalmnya. Artinya aku harus pergi dan tinggal sendiri di kota yang jauh dari rumahku ini. Asyik! Aku bisa bebas melakukan apapun, tanpa ada yang bisa menegur, mengomel apalagi menggangu keinginanku. Yes … yes … yes! Uhuiiiii.
Ekspresi kegembiraanku mengalir deras tanpa terhalangi. Aku membayangkan betapa indahnya hidup penuh hura-hura sendiri di kota besar, menjadi mahasiswa trendy, pacaran dengan cewek-cewek cantik, bebas merokok sepuasnya dan sejuta kenikmatan yang lainnya. Ah .. aku semakin tak sabaran. Lamunanku terus merayap, tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri. "Kak, kenapa cengengesan sendiri ?", suara adikku menghentikan lamunan indahku. "dasar anak kecil, mau tau aja urusan orang tua, sana pergi", kututup pintu kamarku seketika.
Semua barang bawaanku telah beres. Tapi, sepertinya ada yang kurang> "Apa ya?" kepalaku yang tak gatal menjadi sasaran jari-jari yang lagi iseng. Keputuskan untuk beranjak menuju ke gudang, banyak barang-barang bekas yang sudah tak terpakai lagi. Kebanyakan adalah barang-barang peninggalan masa kecilku dan perabotan milik ibuku yang usang. Saat aku menelusuri semua sudut ruangan, sebuah peti berdebu menarik perhatianku. Oh ya, itu peti pakaianku yang dulu disimpan rapih oleh ibunda tersayang. Didalamnya aku temukan sebuah jaket biru, yang mengingatkanku pada Erna pacar ketigaku. Dulu aku sering memakai jaket ini saat apel ke rumahnya. "Masih keren juga …" pikirku saat dulu.
Refleks aku terkejut saat, rogohan tanganku mengapai selembar kertas dalam saku jaket itu. Kertas itu aku keluarkan,lipatannya sudah agak lusuh dan warna kekuning-kuningan. Ku buka, dalam kertas itu tertulis kata-kata dengan tulisan tangan.
"Demi massa, Seesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih. Dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menaihati supaya menetapi kesabaran."
Bergetar saat aku membacanya. Meskipun aku orang islam tapi belum pernah aku membacanya. Apalagi dengan kewajiban sholat, karena aku sangat jarang mengerjakannya. Memang orang tua ku sangat disiplin dan diktator, tapi untuk urusan agama mereka tiak pernah mengajarkanku atau memaksaku. Kubolak-balik kertas itu, "Kok bisa ada dikantong jaket ini, ya ?! … ah masa bodo' amat !" sambil tanganku meremas selembar kertas itu kuat-kuat terus kubuang dan berlalu meninggalkan gudang itu. Saat menutup pintu gudang, aku mencoba menyempatkan menoleh ke tempat lipatan kertas yang kujatuhkan tadi. Ternyata kertas kuning tersebut hilang.
Tiga bulan sudah aku tinggal sendiri di rumah kost ini. Dan selama itu pula aku selalu menghabiskan waktu untuk memuaskan batinku yang dulu terkekang. Pergi ketempet hiburan, gobrol dan bergadang sampai malam dengan temen-temen, nyetel radio keras-keras dan bernyanyi sepuas-puasnya. Apalagi kalau hari minggu, aku selalu keluar dengan motor bersama teman-teman kerumah Yanti, cewek manis temen kuliahku.
Namun malam ini aku dirumah saja. Seperti kebiasaan setiap hari aku nyetel lagu heavy Metal kesuakaanku keras-keras. Aku tak peduli apakah para tetanggaku terganggu atau tidak, yang penting Happy! Toh ini khan tape ku sndiri, disetel di tempet kostanku sendiri, apa urusan orang lain. Bahakn aku kemarin di tegur oleh seorang mahasiswa tetangga kostku. Biasa anak Masjid, senengnya nasihatin orang terus. Tapi, nasihat itu tidak pernah aku perhatikan. Masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.
Badanku yang kurus ini ku baringkan di tempat tidur. Suara alunan musik Power Metal juga terus mengiringi. Walaupun agak berantakan arasemen lagu itu, emang gitu stylenya. Lagi asyik-asyik ndengerin lagu ada seorang ketuk-ketuk pintu. Tok! Tok! Tok!
"Udah tau!, suruh ngecil kan?" jawabku tanpa membuka pintu. "Nih, udah gua kecilin. Puas!" Lanjutku setelah ngecilkan volume tipeku.
Suara ketukan pintu terus terdengar. Tok! Tok! Tok!
"Apalagi sih ?!" tanyaku sambil buka pintu. Wajah berjenggot itu dengan dua titik hitam dijidatnya tertampang di mukaku. Ia menahan nafas dan berkata, "Terima kasih mas !"
"Ya udah, sama-sama" ketusku dan langsung kututup tanpa mendengerkan kata-katanya lebih lanjut. Paling juga mengucapkan salam. Bosen!
Pruk! Jaket biruku yang tergantung di belakang pintu terjatuh. "Ah, Brengsek! Jatuh lagi". Beberapa saat kemudian saat aku ingin mengantungnya kembali tapi dari sakunya menyembul lipatan kertas kuning. Persis seperti kejadian di gudang beberapa bulan yang lalu. Penasaran aku buka lipatan itu, namun kali ini lebih berhati-hati. Ternyata kertas itu bertuliskan tanggan yang sama namun isinya berbeda. (Isinya mengenai Hadist yang menceritakan tentang, Abu Aswad mempunyai tetangga bani Halis. Yang mana tetangga nya itu selalu menganggu Abu terus-menerus. Kemudian bani halis dibalas dengan teguran Tuhan….)
Dengan sedikit gemetar aku meletakan selembar kertas itu disebelahku dan aku mencoba merenungi. "Apa maksud dari semua ini?" tanyaku dalam batin. Aku kembali menoleh kearah kertas tadi. Spontan mataku terbelalak. Kertas itu hilang tanpa bekas. Tak ada angin yang bertiup kencang pada malam itu. Kipas anginku pun tak kunyalakan."Perasaanku tadi aku taruh disini!" Gumamku sambil memeriksa sekelilingku.
"Aneh …!"
beberapa hari aku terus memikirkan kejadian itu. Aku tak tau siapa yang sengaja berbuat seperti itu. Seingatku jaket itu tidak kupinjamkan ke orang lain sebelum kejadian itu. Bahakan kejadian di gudang itu juga … "Jangan … jangan …" Pikiranku langsung menangkap hal-hal yang berbau mistik, yang berkaitan dengan kejadian itu.
"Jaket ini … ada sesuatu di Jaket ini."
Tapi… "Kupandangi jaket itu lekat. Bulu kudukku terasa merinding.
"Ah, mana mungkin. Tampaknya biasa-biasa saja kok! Aku tak percaya dengan segala macam tahayul. Mungkin ini kerjaan temenku yang iseng …"
"Tapi siapa ya ? kalaupun iseng kenapa kertas itu bisa menghilang begitu saja". Perasaan hati ku seperti diobrak-abrik.
"He .. ! ini khan jaket biasa, Mana mungkin .." makin penasaran diriku ini. Dengan berlahan kuberanikan diri untuk mendekati jaket itu. Langkah demi langkah kutapaki dengan teratur dan penuh perhitungan. Aku semakin dekat dengan jaket itu dan kuulurkan tanganku asambil mencoba menutup mata, tiba-tiba …
kringgg ..! Kringggg…!
Aku langsung kaget setengah mati. "Dasar Handphone sialan, kagetin orang saja."
Kubaca layar biru Hpku. 'Yanti Home' begitulah tulisan yang terpampang. "Hallo sayang" aku mulai pembicaraan.
"Hallo juga, ! Lagi ngapain,? Sibuk gak?" suara merdu mulai menebar di jatungku.
"Gak .. tuh. Ada perlu apa, sich ?"
"Main ke rumah donk! Lagikesepian nich. Enggak ada temen ngobrol".
"kapan? Sekarang? Oke dech kalo gitu. Tungguin ya.." tanpa basa-basi aku langsung tancap gas ke rumah Yanti. Ku sambar sweater krimku, dan menyemprotkan pewanggi seadanya, hemmm, wangii…..
"Brin, maaf ya. Tadi aku mendadak sekali menelepon kamu. Abis aku sendirian sich"
"Ah, gak apa kok, Yan. Kamu emang sendirian ? Bokap-nyokap keamna? (sambil lihat kesana-kemari di sekitar ruanga tamu)
"mereka lagi keluar kot. Ada acara dinas papa. Eh, Brin kamu mau minum apa ?"
"Apa aja juga enak, kalo kamu yang bikin" rayuku
"Ah kamu bisa saja! Sebentar ya!" Yanti lalu meninggalkanku sendiri. Wangi rafumnya membuat jantungku berdebar-debar. Mataku tak berkedip mengiringi langkah kekosongan ini, lebih baik aku menghisap rokok dari pada ngelamun. Saat kumasukan tanganku ke dalam saku, aku kembali terkejut.
Bersama bungkus rokok juga terdapat lipatan kertas kuning yang kutemui beberapa kejadian lalu. Otakku sudah bisa menebak apa yang ada dalam kertas itu. "Berarti bukan karena jaket biru itu …" antara ragu dan takut aku membuka kertas itu. Tulisan kuno lagi yang terlihat olehku, isinya …
"menceritakan bahwa, Nabi saw pernah didatangi pemuda dan berkata "Ya, Rasullah, ijinkan saya melakukan zina."
"Wahai pemuda," Sapa Nabi dengan ramah "Apakah kamu suku kalau perbuatan zina itu dilakukan pada ibumu, bibimu, saudara-saudara perempuanmu dan putri-putrimu.."
keringat dingin mengalir deras dari pori-pori tubuhku. Wajah pucat dan gemetar tidak lain karena membaca selembar kertas itu. Dan lebih mengkagetkan lagi, kertas itu hilang tanpa bekas, saat aku menutupi wajahku yang ketakutan membaca selembar kertas itu. Tanpa pikir panjang aku langsung pergi meninggalkan rumah Yanti. Aku tak ingin ke rumah. Aku ingin pergi! Pokoknya pergi! Aku ingin lepas dari kertas-kertas itu. Tak peduli Yanti marahkepadaku karena kabur dari rumahnya tanpa ijin dulu. Aku juga tak peduli dengan senyuman manisnya.
Kupacu sepeda motorku dengan kecepatan tinggi menembus ramainya lalu lintas kota. Masa bodo dengan kendaraan yang aku salip sejak tadi. Bahkan aku tak tahu mau kemana kuarahkan motorku ini. Benakku penuh dengan kertas kuning itu. Awalnya hanya bayang-bayang tak jelas dari kertas itu. Setiap aku menoleh ke arah kanan dan kekiri, depan dan belakang hanya kertas kuning itu yang terlihat olehku. Entah ini halusinasiku atau aku merasa ketakutan. Dan tiba-tiba terdengar suara mengema dari arah atas ! kutatap langit yang pekat. Suara itu semakin keras dan terus mengeras. Aku kembali menantap langit. Ternyata lipatan-lipatan kerta kuning itu berjatuhan dari langit laksana air hujan. Ratusan, mungkin ribuan atau bahkan jutaan kertas kuning jatuh dari langit. Tidak!jangan ganggu aku!teriakku. aku panik! Apalagi saat terpampang didepan sinar kuning yang menyilaukan.
"Ah, Mobil truk sampah!" sedapatnya kubanting setir motorku kekiri, menghidari mobil tersebut. Dan brukk ….. Kraaaakkkk … Preeekkkkk.
Aku tak sadarkan diri.
Dengan agak berat kubuka mataku perlahan-lahan. Kepala ku masih agak pusing ddan sakit. Hanya pandangan putih dan agak buram. Lama-kelamaan pandanganku sudah terfokus juga, namun tetap padnangan putih yang terlihat olehku. Ahhh… !keluar juga erangku menahan sakit. Tubuhku penuh dengan balutan kasa yang hampir menyelimuti tubuhku. Dan aku sadar bahwa saat ini aku berada di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan. Namun aku tak tahu sudah berapa lama aku terbaring disini.
Kutatap tulisan kaligrafi berwarna kuning yang tergantung di tembok depan kamar tidurku . ku coba membaca, tulisan itu …
Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang akan menyembuhkanku.
Kupandangi terus tulisan itu, kuulangi lagi membacanya, perlahan mencoba memahaminya. Allah … Allah … Allah … kata-kata ini sangat jarang kusebut beberapa tahun belakangan ini.
Allah … Allah … Allah …Engkau memang Maha Kuasa. Air mataku mulai meluncur melewati pipiku yang sedikit memar, angin subuh memupuri tubuhku yang terluka lemah. Adzan subuh masih nyaring ditelinga. Ku raih tombol merah disamping tempat tidurku. Spontan, suara seseorang keluar dari speaker ruanganku.
"Ada apa pak?"
"Suster, tolong bantu saya ! Saya ingin sholat Subuh.í"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar